Jumat, 25 Januari 2019

Gerimis yang sengaja kutulis


Dengan irama musik gerimis, aku kembali mengingatmu begitu manis, Mencoba untuk tidak mengeluarkan isak tangis
Malam semakin pekat, hening membatu
Hanya aku dan kenangan dengan perbincangan yang semakin menyeruak, menyesak hingga aku tersedak
Kemana pergi pelukan yang mendamaikan semesta. Yang katamu pandai menidurkan rembulan dengan hangatnya
Kecup yang pandai mendamaikan emosi dihati yang kini tak tertata dengan rapi.

Sayangku, aku kedinginan
Sementara hangatmu tertawa merayakan kepedihanku dengan orang yang kau sebut cinta yang baru
Rasanya aku berada pada benua Atlantik. Membeku, gemetar hingga kini teriakku tak lagi bisa didengar

Kedua dada kita kini tak lagi bisa beradu, hanya irama musik gerimis yang terdengar merdu dan selalu membuat rindu
Aku kembali meneguk secangkir rindu yang kau tanggalkan sebelum kau pergi
Walau rasa pahit tetap saja kuresapi, kunikmati dengan sedikit rasa benci

Dalam sujudku, aku selalu memintamu tanpa rasa malu
“Perihal apa pun yang kau cintai, semoga semesta mencatatku sebagai salah satunya.”
Cinta membawamu pergi, tetapi rindu tak sanggup membawamu kembali

Semoga coretan ini tak begitu saja berlalu, tertiup angin sampai hulu
Hingga membawamu pergi jauh, dan membuat lukaku tak kunjung sembuh
Sebab hanya dengan coretan ini aku mampu menyapamu dengan mesra
Kembali mengingat genggamanmu yang kau lepaskan begitu saja
Berbahagialah, rebahkanlah kerinduanmu didadanya
Semoga cinta yang kau pilih tak pernah salah


4 komentar:

  1. Cinta nemen pokoke karo aksaramu
    Keren keren lanjutkan

    BalasHapus
  2. Nahh gitu dong mulai nulis, sayang bnget kalo tulisan sekeren ini hanya dinikmati sendiri, semangat cuk

    BalasHapus
  3. Jen kaka mei membuatku terheran heran. Mantul ka😍

    BalasHapus