Selasa, 19 Februari 2019

Tak Perlu


Tak perlu memberiku perhatian lagi. Kau berusaha menghiburku dengan maksud yang tidak jelas arahnya, dengan tujuan yang entah ke mana pulangnya. Tak perlu mencari bahan obrolan untuk membuat perbincangan kita tetap berlanjut. Kini basa-basimu menjadi sesuatu yang paling basi. Tak perlu menjadi sesuatu yang setiap waktu ingin kucari.

Tak perlu selalu ada di setiap hari-hariku, sebab aku tak pernah tahu apa yang sedang kau ingini pada diriku. Tak perlu bersikap manis seolah-olah aku satu-satunya perempuan yang ingin dibuatmu bahagia, aku paham benar di hatimu masih ada dia.

Tak perlu menanyakan keberadaanku pada siapa pun. Sudah dipastikan aku tidak benar-benar berada di sana; di hatimu. Tak perlu menghubungiku lagi. Kau semestinya mengerti, aku hanyalah seorang perempuan yang mudah digoyahkan dalam urusan hati. Kau ini sudah milik dia. Lalu bagaimana setelahnya? Akankah kau tinggalkan aku begitu saja? Pergilah! Aku mengakhiri cerita kita hari ini. Kau salah orang jika ingin bermain-main dengan hati.

Tak perlu memberitahuku kedai kopi terenak yang baru saja kau datangi. Kau begitu mengerti; dalam urusan kopi, aku selalu tak punya alasan untuk menolak dan berulang kali hatiku luluh kemudian kembali. Kau hebat, memiliki senjata tajam yang begitu kuat. Ataukah aku saja yang lemah? Karena di hadapanmu aku selalu kalah. Biarkan saja aku menepi. Berteman dengan sepi. Daripada harus membuat perempuanmu berulang kali tersakiti.

Asal kau tahu aku ada bukan untuk ditemani, tetapi aku ada untuk kaulengkapi.

Kembalilah ke pelukannya. Dia merindukan dadamu, dada yang ia menangkan dengan jerih payahnya, yang menjadi rumah ternyaman ketika ia sedang merana. dada yang menjadikannya utuh ketika sedang rapuh, menjadikan kuat ketika hilangnya sebuah semangat. Tetaplah menjadi seperti itu.

Aku, biarlah menjadi perempuan yang menganggap segala usahamu adalah pencarian, yang pada akhirnya kusadari bahwa kenyataanya hanyalah sebuah pelarian.

2 komentar: